100 mobil bertemu di perempatan
sempit akan membuat macet yang cukup panjang. Untuk mengurai kemacetan
jalan dibuat lebih lebar dan lampu lalu lintas dipasang di tiap sudut. Jalanan
akhirnya jadi lebih lancar. Semua orang senang.
Tapi,
selang beberapa tahun, mobil bertambah banyak dan terus bertambah banyak. Jalan
yang tadinya lancar kini macet kembali. Orang kembali mengeluh dan marah. Jalan
kembali mau diperlebar. Tidak semudah sebelumnya, kali ini jalan agak sulit
diperlebar. Bangunan sudah terlalu dekat dengan jalan sehingga harus merobohkan
bangunan. Jalan kini tambah luas, pemilik mobil senang kembali, dan pemilik
bangunan protes dan marah.
Lima
tahun kemudian, mobil menjadi lebih murah. Orang-orang berbondong-bondong ke
dealer mobil. Mobil bertambah banyak dan memenuhi jalan. Macet tidak
terhindarkan. Pengemudi kembali protes karena harus menghabiskan waktunya
menunggu lampu hijau di perempatan. Lagi-lagi jalan akan diperlebar dan
bangunan harus digusur kembali. Pemilik bangunan protes. Pemerintah diminta
mencari solusi selain memperlebar jalan.
Pemerintah
membangun halte dan membawa bus untuk mengangkut warganya. Imbaun naik bus
terpampang di kaca belakang bus hingga papan iklan di jalan lebar.
Pemerintah pikir rakyat akan memarkir mobilnya di garasi dan naik bus ke
tempat kerja. Tapi beberapa bulan berselang bus tidak kunjung dapat penumpang
hingga merugi. Bus kini menghilang dari kota. Mobil kembali mengantri untuk
sekedar melewati perempatan.
100
mobil yang bertemu di perempatan sempit akan menimbulkan macet cukup panjang,
tapi 100 orang yang bertemu di perempatan yang lebih sempit tidak akan
menimbulkan kemacetan apapun. Orang tidak sadar kalau mereka membawa mobil yang
besarnya berkali-kali lipat dibanding ukuran etubuhnya sampai mereka dipersulit
olehnya untuk sekedar menembus perempatan.
Mobil
diciptakan untuk mempermudah mobilitas, memindahkan manusia dari satu tempat ke
tempat lainnya. Tapi siapa sangka hanya beberapa abad sejak Karl Benz membawa
mobil pertama melaju di jalanan, kini mobil malah menyulitkan manusia berpindah
tempat.
Mobil
membuat orang-orang harus antri di perempatan karena ukurannya yang
berkali-kali lebih besar dari tubuh manusia. Mobil memaksa manusia membawa besi
berpuluh-puluh kali lipat lebih besar dari tubuhnya untuk berpindah dari rumah
menuju pasar atau tempat kerja.
Kita
harus berpikir dan mencari benda baru untuk mengatasi masalah ini. Sebuah benda
yang membuat kita tidak lagi harus sabar menunggu lampu hijau menyala. Benda
yang tidak membuat kita membayar 2000 rupiah karena memarkir dan beli mijon
untuk mengisi ion tubuh yang habis karena kelelahan menunggu lampu hijau.
Benda itu sudah pernah kita lihat. Benda itu keluar dari kantong seekor kucing
kalau bukan seekor tikus. Benda itu bernama pintu ajaib.
Doraemon
meski cuma cerita fiktif dan hanya berdasarkan imajinasi liar penulisnya saja
mampu mengilhami kita. Salah satu kehebatan doraemon adalah mengeluarkan
benda-benda canggih dari kantongnya untuk mengatasi semua masalah nobita.
Nobita kadang membutuhkan alat untuk membuatnya berpindah dari kamarnya menuju
rumah Sizuka.
Doraemon
paham apa kebutuhan Nobita dan segera mengeluarkan pintu kemana saja sehingga
tidak cukup satu detik, Nobita kini berada di depan rumah sizuka. Pintu
kemana saja adalah alasan Nobita tidak pernah naik mobil dan menunggu lampu
hijau di perempatan.
Khayalkan
bagaimana sebuah pintu ajaib mengatasi masalah mobilitas kita!. Kita
tidak perlu lagi antri di perempatan. Kita tidak perlu lagi antri
di jalur premium untuk mengisi bahan bakar. Kita bahkan bisa beli mijon di
minimarket tanpa perlu bayar 2000 rupiah.
Sungguh
pintu ajaib akan mengatasi masalah kita. Tapi bagaimana jika ada pemuda
menggunakan pintu ajaib untuk masuk secara illegal kerumah kita dan
menculik anak gadis kita? Itulah fungsi dari pemerintah untuk membuat regulasi
penggunaan pintu ajaib agar tidak ada penyalahgunaan. Lagipula pintu ajaib akan
bisa diatur agar tidak memasuki ruang privat.
Tapi
bukankah pintu ajaib adalah sebuah imajinasi yang mustahil diciptakan?.
Internet juga adalah kemustahilan bagi firaun dan Musa yang telah diciptakan
oleh manusia abad 20. Firaun tidak bisa pamer hartanya di facebook dan Musa
tidak dapat mengupload video pertemuannya dengan tuhan di youtube. Tapi kita
yang hanya manusia biasa-biasa saja kini bisa melakukan keduanya.
Pemerintah
hanya perlu mengalihkan uang yang dipakai untuk membangun jaringan transportasi
ke riset pembuatan pintu ajaib. Di masa depan, pemuda pasca pintu ajaib akan
menertawai kelakuan Jokowi karena menghabiskan uang untuk membangun tol laut,
trans papua, trans Sumatra, dan trans-trans lainnya.
Pintu
ajaib pertama mungkin akan seharga triuliunan atau ratusan triuliun. Tapi pintu
ajaib kedua akan jauh lebih murah. mirip seperti butir Promag pertama yang
harganya miliaran tapi promag kedua, ketiga, dan seterusnya cuma seharga 6000
rupiah, itu pun sudah dapat 12 butir. Cukup untuk mengisi perut di kala
krisis financial di akhir bulan.
No comments:
Post a Comment