Berbicara mengenai SMA tak bisa lepas dari jurusan IPA dan
IPS. Anak IPA yang selalu dianggap superior berbanding terbalik dengan anak IPS
dianggap inferior. Anak IPA dikenal sebagai anak yang berprestasi, baik, sopan,
dan berprestasi berbanding terbalik dengan anak IPS yang kerap kali dianggap nakal, tukang berkelahi, dan bodoh.
Teringat saat masih duduk di Bangku SMA. Hari itu ada tugas
yang diberikan oleh guru sehingga mengharuskan saya pergi print tugas di salah
satu tempat percetakan di depan sekolah. Tukang print bertanya kepada saya
“kamu jurusan apa, IPA atau IPS?”. Kemudian dengan bangga saya mengatakan
“jurusan IPS” seketika sang tukang print menatap sinis saya.
Pandangan sebelah mata terhadap jurusan IPS adalah suatu hal
yang salah. Masuk dalam jurusan IPS adalah sebuah pilihan bukan sebuah nasib.
Paradigma yang memandang bahwa anak IPS terkenal sebagai anak nakal adalah
paradigma yang salah. Memang beberapa siswa nakal dalam suatu sekolah adalah
anak IPS, tapi banyak juga anak IPA yang sering masuk ruang BK karena
kenakalan mereka sendiri.
Dalam proses pemilihan jurusan tiap sekolah memiliki tekhnik
masing-masing dalam menyeleksi siswa untuk masuk kedalam jurusan yang sesuai
dengan minat dan bakat siswa. Di SMA ku dulu, guru BK bekerja sama dengan guru
Matematika untuk menyeleksi siswa yang bisa masuk dalam jurusan IPA. Guru
matematika membuat kriteria tertentu sebagai syarat untuk masuk kedalam jurusan
IPA. Siswa yang tidak lolos kriteria kemudian harus masuk dalam jurusan IPS.
Hal ini merupakan diskriminasi dari sistem pendidikan
menurut pandangan saya. Siswa yang masuk jurusan IPS terkesan sebagai siswa
yang tidak lolos seleksi padahal ada memang siswa yang memilih jurusan itu. Rasa minder pun selalu berada di benak anak IPS.
Paradigma masyarakat yang memandang bahwa jurusan IPS itu berisi anak-anak yang
kurang pintar dan nakal-nakal menambah rasa minder dari anak ini. Dengan adanya
paradigma itu seakan anak IPS dipersilahkan untuk tidak belajar dan berlaku
nakal padahal anak IPS mempunyai hak yang sama dengan anak IPA.
Paradigma masyarakat yang memandang jurusan IPA sebagai
jurusan Superior dan IPS sebagai jurusan Inferior juga mempengaruhi psikologi
siswa. Siswa yang pintar dan memiliki minat dan bakat untuk masuk di jurusan
IPS akan berpikir berkali-kali. Justifikasi dari masyarakat selalu menghantui mereka.
Akhirnya anak yang pintar ini yang memiliki minat dan bakat yang cocok untuk
jurusan IPS mengambil jurusan IPA. Dengan berbedanya minat dan bakat yang
dimiliki dengan jurusan yang dipilih membuat siswa ini tertinggal dalam
pelajaran. Hal ini menghilangkan potensi yang bisa dikembangkan dari siswa ini.
Mari kita menghargai pilihan dari masing-masing siswa.
Jurusan IPA dan IPS adalah jurusan yang setara. Paradigma yang memandang
jurusan IPS sebagai jurusan nomor dua adalah hal yang salah. Seorang siswa
masing-masing mempunya minat dan bakat yang berbeda, jadi jangan salahkan
mereka ketika memilih jurusan yang sesuai dengan minat mereka. Mendampingi
mereka dalam memilih jurusan tanpa intervensi adalah hal yang patut dilakukan.
Dengan jurusan yang mereka pilih sendiri secara tidak langsung akan membuat
tanggung jawab sosial untuk bersungguh-sungguh dalam menggeluti dunia
pendidikan.
1 comment:
Ips (ikatan pelajar sukses) 👍
Post a Comment