Barangkali hal terkonyol
dari pengkaderan, ospek, dan atau sejenisnya adalah berburu tanda tangan
senior. Ondespot trans +17 harus memasukkan ini daftar "hal
terkonyol dunia ospek" sebagai nomor pertama. Bagaimana tidak, kita harus
mencari dan meminta tanda tangan senior tanpa tau apa manfaatnya buat kita.
Untuk kenalan? tidak. Untuk lebih akrab? lebih-lebih. Siapa juga yang bisa
cepat akrab dengan orang yang membentak kita.
Seperti kata Rocky Gerung
"Dungu". Barangkali ini adalah kata paling tepat bagi kegiatan
berburu tanda tangan seperti ini. Kebuntuan adalah kata paling tepat nomor dua.
Setidaknya ada dua tata
cara atau kita sebut sebagai metode dalam acara berburu tanda tangan ini. Yang
pertama adalah meminta sebanyak-banyaknya tanda tangan dari senior dan yang
kedua meminta tanda tangan senior yang tertulis namanya di daftar. Barangkali
yang pertama lebih mementingkan kuantitas sementara yang kedua lebih ke
kualitas. Masing-masing punya kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya.
Metode pertama lebih mudah. Dengan kerja keras
dan kegigihan, berburu tanda tangan senior akan kita lalui. Kita hanya harus
berkeliling dan mencari pusat keramaian. Keramaian menandakan ada orang yang
senasib minta tanda tangan disitu. Dan disitu pasti ada senior yang baik hati
yang memberi tanda tangan Cuma-Cuma.
Metode kedua agak lebih sulit dan membutuhkan
lebih banyak waktu. Kerja keras dan kegigihan tidak bekerja efektif disini.
yang dibutuhkan adalah kecerdasan plus kelicikan. Saat diminta mencari tanda
tangan seseorang yang keberadaannya tidak diketahui, kita harus mulai berpikir
dan memunculkan hipotesis-hipotesis tidak lazim. Orangnya pasti sangar dan suka
memaki, orangnya pasti jual mahal, orangnya mungkin berparas ayu, atau orangnya
sudah lulus dan saya lagi dikerjai.
Saat daftar sudah mulai terisi dengan tanda
tangan dan menyisakan sedikit nama, kita harus mulai licik. Memalsukan tanda
tangan adalah jalan pintas namun beresiko. Jalan pintas karena kita tidak harus
mencari lagi orang yang keberadaanya tidak jelas. Tapi berisiko saat kita
ketahuan memalsukan tanda tangan. Hipotesis terakhir barangkali benar, orangnya
sudah lulus atau bahkan nama fiktif dan kita lagi dikerjai.
Tidak hanya konyol buat mahasiswa baru yang
sedang diospek, buat mahasiswa lama konyol juga. Setidaknya bagi mereka yang
kurang populer atau kurang dikenal. Jika banyaknya orang yang meminta tanda
tangan kepada kita adalah ukuran kepopuleran, maka saat tidak ada seorangpun
yang meminta adalah tanda?. Kita sama sekali tidak dikenal. Akui saja itu.
Seperti mahasiswa baru, sebagian besar
mahasiswa lama yang kurang popular lebih menyukai metode pertama. Sebagai
mahasiswa kurang popular, anda hanya perlu menampilkan wajah yang bersahaja dan
pemurah hati kepada setiap mahasiswa baru yang anda temui.
Mahasiswa baru yang ditugasi mencari tanda
tangan senior sebanyak-banyaknya akan mendatangi anda dan terus bertambah
seperti jamur di musim hujan. Ini adalah hubungan simbiosis mutualisme.
Mahasiswa baru senang karena mendapat satu tanda tangan dan anda juga senang
karena tampak lebih populer.
Tapi bagi kita yang populer, metode kedua akan
lebih kita sukai. Siapa sih orang yang tidak suka menampilkan kekuasaan dan
kepopuleran. Saat mahasiswa baru berdatangan mencari kita (tentu saja nama kita
akan ada di daftar) kita harus jual mahal dan mulai menyuruh mereka melakukan
sesuatu untuk ditukar dengan tanda tangan.
Memperlihatkan kekuasaan di hadapan mereka
adalah salah satu tujuan kita. Sementara itu mahasiswa lama kurang populer
mulai iri melihat kita dan berharap ada di posisi kita. Tentu saja itu tujuan
utama kita, memperlihatkan kepopuleran kepada sesama mahasiswa.
Barangkali hal terkonyol
dari pengkaderan, ospek, dan atau sejenisnya adalah berburu tanda tangan
senior. Ondespot trans +17 harus memasukkan ini daftar "hal
terkonyol dunia ospek" sebagai nomor pertama. Bagaimana tidak, kita harus
mencari dan meminta tanda tangan senior tanpa tau apa manfaatnya buat kita.
Untuk kenalan? tidak. Untuk lebih akrab? lebih-lebih. Siapa juga yang bisa
cepat akrab dengan orang yang membentak kita.
Seperti kata Rocky Gerung "Dungu".
Barangkali ini adalah kata paling tepat bagi kegiatan berburu tanda tangan
seperti ini. Kebuntuan adalah kata paling tepat nomor dua.
Setidaknya ada dua tata cara atau kita sebut
sebagai metode dalam acara berburu tanda tangan ini. Yang pertama adalah
meminta sebanyak-banyaknya tanda tangan dari senior dan yang kedua meminta
tanda tangan senior yang tertulis namanya di daftar. Barangkali yang pertama
lebih mementingkan kuantitas sementara yang kedua lebih ke kualitas.
Masing-masing punya kelebihan maupun kekurangan dalam penerapannya.
Metode pertama lebih mudah. Dengan kerja keras
dan kegigihan, berburu tanda tangan senior akan kita lalui. Kita hanya harus
berkeliling dan mencari pusat keramaian. Keramaian menandakan ada orang yang
senasib minta tanda tangan disitu. Dan disitu pasti ada senior yang baik hati
yang memberi tanda tangan Cuma-Cuma.
Metode kedua agak lebih sulit dan membutuhkan
lebih banyak waktu. Kerja keras dan kegigihan tidak bekerja efektif disini.
yang dibutuhkan adalah kecerdasan plus kelicikan. Saat diminta mencari tanda
tangan seseorang yang keberadaannya tidak diketahui, kita harus mulai berpikir
dan memunculkan hipotesis-hipotesis tidak lazim. Orangnya pasti sangar dan suka
memaki, orangnya pasti jual mahal, orangnya mungkin berparas ayu, atau orangnya
sudah lulus dan saya lagi dikerjai.
Saat daftar sudah mulai terisi dengan tanda
tangan dan menyisakan sedikit nama, kita harus mulai licik. Memalsukan tanda
tangan adalah jalan pintas namun beresiko. Jalan pintas karena kita tidak harus
mencari lagi orang yang keberadaanya tidak jelas. Tapi berisiko saat kita
ketahuan memalsukan tanda tangan. Hipotesis terakhir barangkali benar, orangnya
sudah lulus atau bahkan nama fiktif dan kita lagi dikerjai.
Tidak hanya konyol buat mahasiswa baru yang
sedang diospek, buat mahasiswa lama konyol juga. Setidaknya bagi mereka yang
kurang populer atau kurang dikenal. Jika banyaknya orang yang meminta tanda
tangan kepada kita adalah ukuran kepopuleran, maka saat tidak ada seorangpun
yang meminta adalah tanda?. Kita sama sekali tidak dikenal. Akui saja itu.
Seperti mahasiswa baru, sebagian besar
mahasiswa lama yang kurang popular lebih menyukai metode pertama. Sebagai
mahasiswa kurang popular, anda hanya perlu menampilkan wajah yang bersahaja dan
pemurah hati kepada setiap mahasiswa baru yang anda temui.
Mahasiswa baru yang ditugasi mencari tanda
tangan senior sebanyak-banyaknya akan mendatangi anda dan terus bertambah
seperti jamur di musim hujan. Ini adalah hubungan simbiosis mutualisme.
Mahasiswa baru senang karena mendapat satu tanda tangan dan anda juga senang
karena tampak lebih populer.
Tapi bagi kita yang populer, metode kedua akan
lebih kita sukai. Siapa sih orang yang tidak suka menampilkan kekuasaan dan
kepopuleran. Saat mahasiswa baru berdatangan mencari kita (tentu saja nama kita
akan ada di daftar) kita harus jual mahal dan mulai menyuruh mereka melakukan
sesuatu untuk ditukar dengan tanda tangan.
Memperlihatkan kekuasaan di hadapan mereka
adalah salah satu tujuan kita. Sementara itu mahasiswa lama kurang populer
mulai iri melihat kita dan berharap ada di posisi kita. Tentu saja itu tujuan
utama kita, memperlihatkan kepopuleran kepada sesama mahasiswa.
No comments:
Post a Comment