Takdir hidup di daerah tropis
sekitar katulistiwa membuat kita hanya mengalami dua musim. Musim kemarau yang
panas dan musim hujan yang dingin. Kita punya
dua jenis pakaian, pakaian yang tipis di
musim kemarau dan pakaian cukup tebal di musim hujan. Payung dan jas
hujan adalah teman kita. Kadang-kadang kita lupa membawa salah satunya sehingga
harus basah kuyup.
Pergantian musim seringkali
menyakitkan. Tubuh kita harus beradaptasi dengan cepat. Tetapi kita selalu berhasil
melewatinya meski dengan flu ringan. Kemarau yang panjang membuat bibir pecah.
Hujan sepanjang hari menyulitkan kita menjemur pakaian. Banjir kadang datang
dan menghanyutkan rumah tetangga kita, tapi berkat media sosial bantuan berdatangan dari mana-mana.
Bencana membuat kita takut. Takut
kehilangan nyawa, takut kehilangan harta benda, dan takut kehilangan orang
tercinta. Kita berdoa untuk terhindar dari bencana itu. Terkadang kita marah
kepada banyak orang. Kita menghujat orang yang melakukan hal yang menurut kita
penyebab bencana itu. kita memaki orang berdosa dan menuduh mereka sebagai penyebabnya.
Beberapa dari kita bahkan melakukan kekerasan untuk mencegah bencana datang,
namun itu tidak berhasil.
Meski telah ada penjelasan
ilmiah, kita lebih memilih penjelasan yang lebih mudah. Kita takut, tapi kita juga
malas berpikir. Cerita bencana alam dan sebabnya yang dikisahkan di dalam kitab
suci adalah penjelasan yang kita sukai. Kita
terbiasa menceritakan ulang kepada anak kita meski kita sendiri kurang terlalu
yakin. Setidaknya dengan cerita itu, kita berhasil bertahan meski ada beberapa
yang tidak.
Kita boleh meyakini kebenaran
sebab akibat teks di dalam kitab suci, namun tidak boleh hanya sampai disitu. Ada
sebuah penjelasan ilmiah yang merupakan penjelasan lain. Ia baru dan sukar dipahami namun cukup menjanjikan.
Berkompromi dengan kehilangan harus kita lawan. Sekarang kita sudah punya penjelasan
lain dan kita harus menggunakannya.
Memahami sebab akibat adalah
langkah yang wajib. Mengetahui sebab akibat membuat kita bisa lakukan pencegahan.
Nenek moyang kita berhasil bertahan di alam liar karena tahu Seekor Singa adalah
penyebab kematian. Meski dunia abad 21 tidak sesederhana singa memakan manusia,
tapi kita jauh lebih baik dari nenek moyang kita.
Salah satu kelebihan kita
dibanding hewan lainnya adalah kita bisa hidup bersama dalam jumlah yang banyak.
Kita hidup dan memercayai cerita-cerita yang sama. Berkat memercayai cerita
yang sama, hari ini kita punya banyak uang dan organisasi politik yang mapan. Kita
terhindar dari kelaparan dan punya banyak
makanan karena punya itu.
Sebagai manusia kita cukup
beruntung punya sumber daya untuk hadapi bencana. Meski ada beberapa bencana
yang sulit dihadapi, tapi kita tidak berkompromi mengorbankan seorang pun. Bersama-sama
kita terus mencegah dan saling membantu ketika bencana datang. Kita bertahan
sampai sekarang berkat hal itu.
Beberapa dari kita hidup di daerah
kutub yang sangat dingin dan ada banyak yang hidup di gurun yang panas. Ada banyak
bencana yang ada di bumi, dan kita mampu bertahan dari semuanya. Pemanasan
lapisan ozon dan limbah plastik mungkin baru buat kita. Tapi, kita langsung
bisa tahu penyebab dan tahu solusinya. Kita hanya perlu melakukannya.
Ada banyak bencana yang sudah
kita ketahui penyebab dan cara mencegahnya, tapi banyak juga bencana yang hanya
kita tahu sebabnya. Kita bisa berdoa untuk terhindar, tapi itu tidak cukup. Kita
juga bisa mencegah orang berbuat dosa, tapi kita harus berhati-hati. Jangan
sampai itu menjadi bencana bagi mereka.
Bencana dan kita akan terus hidup
berdampingan. Ada banyak bencana yang membuat kita takut. Tetapi ketakutan
tidak memberikan apapun. Pengetahuan kita akan bencana tidak berasal dari
ketakutan itu. Kita tahu banyak hal tentang bencana karena berhasil melupakan. Melupakan
rasa sakit dan mencari tahu penjelasan masuk akalnya.
No comments:
Post a Comment