Kemarin Saya mengikuti kegiatan diskusi yang bertemakan
peran pemuda dalam berkontribusi buat daerah. Tema yang cukup sering
didiskusikan oleh semua organisasi kemahasiswaan terlebih lagi
organisasi-organisasi daerah. Pemuda memiliki peran yang vital dibandingkan orang
yang sudah tua. Begitulah kesimpulan dari banyak diskusi tentang peran pemuda
meskipun kita tidak tahu umur 35 tahun itu masih pemuda atau sudah tua. Pemateri
memaparkan beberapa peran yang bisa diambil pemuda dalam rangka membangun
daerah dan tentunya tak lupa meromantisasi peran pemuda dalam setiap lini
kehidupan.
Acara diskusi berjalan lancar meski bangku bagian depan
kosong. Tiga orang pemateri saling bergantian berbicara. Salah seorang pemateri
menyinggung masalah bonus demografi. Yah bonus demografi itu, Saat penduduk
usia kerja lebih banyak dari penduduk yang tidak bekerja. Dia memaparkan
peluang serta tantangannya. Setelah semua pemateri selesai berbicara, peserta
diskusi diberi kesempatan untuk bertanya. Tentunya kesempatan ini saya tidak
sia siakan.
Saya berusaha menyinggung tentang permasalahan yang akan
terjadi setelah bonus demografi. Permasalahan saat para pemuda yang telah bekerja
selama masa bonus demografi akan mengalami masa pensiun dan terus hidup sampai
usia yang cukup tua. Kecenderungan generasi ini adalah memiliki jumlah anak
yang lebih sedikit. Kita mungkin memiliki lebih dari satu saudara kandung
tetapi anak-anak kita nantinya berkemungkinan hanya punya satu atau menjadi
anak tunggal. Fenomena ini cukup umum di semua negara yang mana saat tingkat
kesejahteraan makin meningkat jumlah anak yang dilahirkan akan berkurang.
Pemuda sekarang akan menjadi beban demografi di masa depan.
Mereka adalah orang-orang yang punya anak sedikit dan terus hidup sampai usia
yang cukup tua. Pada akhirnya mereka berhenti bekerja dan bergantung pada
tabungan atau gaji pensiun yang diterimanya. Mereka juga berharap anak mereka
akan merawat mereka sampai meninggal dunia. Tentu lansia tidak bisa dikatakan
beban bagi anak-anak mereka, tetapi bagi negara mereka adalah suatu persoalan
yang mesti ditangani.
Saat umur semakin tua, kekebalan tubuh mulai menurun dan
menyebabkan banyak penyakit mulai muncul. Secara nasional biaya kesehatan akan
semakin meninggi dan membutuhkan penduduk yang bekerja untuk membayar semua biaya
itu. Penduduk yang tengah bekerja akan dipajaki oleh negara untuk membiayai
biaya kesehatan yang terus membesar. Saat masa-masa bonus demografi, biaya itu
mampu ditangani oleh penduduk yang bekerja karena jumlah mereka lebih banyak dibanding
penduduk yang tidak bekerja. Tetapi setelah masa bonus demografi penduduk yang
ditanggung akan lebih banyak dari mereka yang menanggung dan ini adalah bencana
demografi.
Usia 65 tahun adalah usia pensiun meski kita tidak tahu
alasan umur tersebut dijadikan patokan untuk berhenti bekerja. Di abad 20 kita
mungkin hanya punya umur 5-10 tahun lagi setelah pensiun sebelum meninggal,
tetapi di abad 21 kita punya puluhan tahun lagi sebelum kita meninggal. Kita
akan hidup cukup lama tanpa bekerja dan terus berharap tabungan kita akan cukup
atau gaji pensiun dapat terus diterima. Anak-anak kita yang cuma satu orang
akan merawat kita dan pasangan kita sampai kita berdua meninggal.
Saya mengajukan pertanyaan kepada pemateri tentang bagaimana
cara kita sebagai pemuda dalam menghadapi penuaan dan terus produktif sampai
usia yang sangat tua. Pemateri mencoba menjawab tapi tidak menyinggung inti
pertanyaan yaitu cara mempersiapkan pemuda menjadi orang yang akan tua. Pemateri
hanya fokus pada peran pemuda dalam menghadapi bonus demografi saja. Saya cukup
kecewa karena pertanyaan saya tidak terjawab. Diskusi tentang peran orang tua
atau lansia memang sangat jarang atau bahkan tidak pernah saya lihat dan ini
tentu akan menjadi masalah saat masa bonus demografi berakhir.
No comments:
Post a Comment