Sunday 19 March 2017

Penasehat Akademik di Mata Mahasiswa


Setiap makhluk pasti melakukan kesalahan. Kura-kura kadang khilaaf dengan kemampuan berlarinya hingga menantang kancil. Kancil yang sombong menganggap dirinya paling jago lari meremehkan kura-kura sampai ketiduran di bawah pohon. Tom yang tidak pernah belajar dari kesalahannya hingga jatah susunya selalu diminum Jerry. Jerry yang selalu menjahili Tom padahal mereka bisa berteman dan saling berbagi makanan.

Manusia adalah salah satu makhluk yang paling sering melakukan kesalahan dibanding makhluk lain. Populasi yang terbilang cukup banyak dibanding makhluk yang lain membuat kesalahan jika dikumulatifkan paling tinggi diantara spesies. Kura-kkura mungkin saja takkan menantang kancil lagi, Tom dan Jerri bisa saja berteman, akan tetapi manusia tetap saja melakukkan kesalahan yang hampir sama. Tetap merokok padahal sudah batuk-batuk, tetap judi padahal selalu kalah, dan selalu mengharap nilai baik padahal selalu bolos.

Ketika duduk di bangku SMP, salah satu guru pernah berkata "Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain". Laki-laki butuh perempuan untuk memberikannya keturunan, siswa butuh guru untuk mengajar, dan mahasiswa membutuhkan penasehat akademik untuk membantunya mengurusi urusan akademiknya. Sebagai sebuah jabatan yang sangat mulia disetarakan dengan ustad yang selalu memberi petuah-petuah, penasehat akademik memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan hidup mahasiswa di kampus. Tinggi rendahnya sebuah IPK tidak terlepas dari dosen yang diberi tugas tambahan ini.

Dalam kehidupan kampus, biasanya penasehat akademik kerap menjadi pusat perhatian. Mahalnya sebuah tanda tangan serta waktu berjumpa yang sangat singkat membuat mahasiswa diuji kesabarannya.

Beda mahasiswa beda pula pandangannya terhadap penasehat akademik. Mahasiswa baru yang baru seumuran jagung di kampus akan beda dengna mahasiswa abadi yang sejak zaman batu sudah menjejaki kampus. Mahasiswa yang memiliki prestasi yang membanggakan akan berbeda cara pandangnya dengan mahasiswa yang fakir prestasi.

Mahasiswa Baru

Biasanya mahasiswa baru mengenal penasehat akademiknya saat menjelang akhir semester pertama. Beberapa hari sebelum final, pengumuman tentang nama PA masing-masing mahasiswa akan terpampang di ruang prodi. Tangis dan gembira mewarnai hari pengumuman PA ini. Mahasiswa baru yang kebetulan mendapatkan PA dosen killer akan sedih dan mempertanyakan nasibnya. Sementara mahasiswa baru yang sangat beruntung mendapat PA yang baik hati akan berteriak kegirangan sambil melompat-lompat. Bagi mereka yang mahasiswa baru, seorang PA hanya dibutuhkan saat akan mengisi Kartu Rencana Studi selebihnya diabaikan. PA hanya sebatas tanda tangan dan approve mata kuliah saja.

Mahasiswa Semester 3-6
Mahasiswa yang biasanya tengah sibuk berorganisasi di HMJ ataupun UKM mengalami peningkatan kebutuhan akan PA. Tak hanya dibutuhkan tanda tangan dan approve mata kuliah saja, mereka membutuhkan seorang PA yang bisa mendengar keluh kesahnya, curhatannya, dan memberikan saran. Disinilah awal mula eksistensi PA naik, dicari, ditelpon, diajak ketemu lebih sering dari biasanya. Karena awalnya penasehat akademik ini hanya dibaikan maka disinilah tahap para PA ini balas dendam. PA akan sulit ditemui, ditelpon tidak diangkat, ditunggu di kampus tidak ketemu-ketemu, didatangi rumahnya disuruh ketemu di kampus.

Akhirnya mahasiswa yang telah mengabaikan PA nya menyesal. Penyesalan telah mengabaiakn penasahatnya selalu menghantuinya di malam hari hingga harus terlambat masuk jam pertama keesokan harinya. Organisasi yang terlalu menuntut waktu mereka sehingga harus mengambil sebagian waktu belajarnya tak mampu dicurhatkan kepada PA lantas susah ditemui. Akhirnya IPK yang cukup tinggi di semester awal mengalami penurunan di semester ini.

Mahasiswa Semester Akhir

Mahasiswa yang kerap dihantui akan masa depan setelah lulus ini juga mendapatkan dampak dari mengabaikan PA dari saat masih mahasiswa baru. Judul skripsi yang tidak ketemu-ketemu, keliling perpustakaan cari inspirasi judul, dan harga skripsi yang semahal cabe di pasar menambah beban dari calon sarjana ini. Penasehat akademik tetap sulit ditemu. Waktu pertemuan dengan PA akan terasa sangat singkat. Belum lagi judul yang ditoka, proposal yang dicoret-coret membuat mereka tambah frustasi.

Tanpa semangat api didalam hati serta kesabaran selevel sahabat rasul bisa saja membuat mahasiswa ini terkatung-katung tidak jelas. Skripsi tak kelar-kelar, teman-teman seangkatan pada wisuda duluan, undangan pernikahan dari teman SMA menambah penderitaan mereka. Akhirnya penyesalan tetap datang belakangan.

Artikel ini juga dimuat di Kompasiana
**** 

No comments: