Wednesday 22 March 2017

Fokus Pada Kelebihan Bukan Kekurangan



Kelebihan dan kekurangan adalah suatu pasangan hidup layaknya debet dan kredit pada akuntansi. “Jika engkau melihat ikan dari cara ia memanjat pohon maka selamanya ikan itu akan  merasa bodoh”. Sebuah kalimat pendek namun penuh arti dari Einstein. Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang merupakan ciri khasnya. Ahok punya kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan Anies. Fokus pada kelebihan mereka bukan pada kekurangan adalah hal bijak.


Tulisan ini tidak bertujuan untuk membahas kelebihan atau kekurangan para calon Gubernur DKI Jakarta karena akan Nampak politis, namun lebih bertujuan kritik kepada kesalahan cara mendidik.

Sebuah film dari negeri sebelah berjudul I Not Stupid Too mengajarkan kita bahwa melihat seorang anak dengna berfokus pada kekurangan membuat anak baik menjadi nakal. Film ini adlaah film komedi satir yang menggambarkan kehidupan tiga pemuda Singapura yakni, Tom anak berusia 15 tahun, adiknya Jerry berumur 8 tahun, dan sahabat Tom Chengcai berusia 15 tahun. Ketiganya memiliki kehidupan buruk dengan orang tuanya, pola komunikasi yang buruk, waktu berkumpul yang kurang, bahkan rumah hanya dijadikan tempat tidur bukan tempat pulang.

Orang tua Tom tak penah menghargai kemampuan anaknya dalam menulis dan membuat wesite. Mereka hanya focus memarahi Tom karena nilai ulangan yang selalu tak memuaskan. Buaknnya menambah semangat anaknya dalam belajar, justru Tom berubah jadi anak nakal dan berteman dengan pencuri.

Setiap orang akan senang jika mereka dipuji. Seorang anak selalu butuh perhatian dan pengakuan baik dari orang tua, teman sebaya, maupun masyarakat. Member mereka pujian sembari memberi semangat untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi saat nilai ujian mereka jelek akan lebih baik daripada memarahi atau memukul mereka. Pujian serta semangat yang diberikan akan memotivasi mereka untuk meningkatkan kualitasnya karena pada dasarnya seseorang lebih suka saat mereka dipuji.

Jerry merupakan anak kecil yang punya bakat dalam drama sehingga terpilih menjadi pemeran utama selalu meminta orang tuanya agar dating melihat pertunjukannya. Tetapi, orang tuanya tak pernah punya waktu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Akhirnya Jerry berusaha untuk membeli waktu orang tuanya hingga ia mencuri uang penjaga took dan ketahuan. 

Pengakuan merupakan hal penting. Belajar, bekerja, berlatih tanpa pengakuan dari orang lain tak berarti apa-apa. Anak yang mendapat nilai baik saat ujian akan butuh pengakuan dari orang tuanya bahwa ia adalah anak yang cerda. Tetapi, sikap orang tua yang kadang acuh seringkali membuat anak merasa usahanya tak diakui. Si anak akan lebih nyaman bergaul dnegna orang yang mengakui dirinya.

Chengcai adalah sahabat Tom. Berbeda dengan Tom yang berada di golongan ekonomi menengah, Chengcai justru berada di golongan ekonomi yahg lemah. Orang tua Chengcai adalah mantan narapina. Karena itu ia tak ingin anaknya mengikuti dirinya. Memarahi Chengcai saat mendapatkan nilai yang mengecewakan sampai memukul Chengcai saat habis berkelahi. Orang tua Chengcai tak pernah melihat kemampuan karate anaknya. Ia hanya berfokus pada nilai ulangan anaknya yang jelek. Akhirnya Chengcai yang frustasi dengan kehidupan keluarnya melampiaskan kekesalannya pada guru yang selalu memarahinya di kelas yang berujung Drop Out.

Barang bagus jika tak digunakan pada tempatnya menjadi tidak berguna. Setiap anak memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda. Memaksakan kehendak sendiri tanpa memikirkan perasaan anak hhanya akan membuat pertengkaran. Selama anak masih berada di jalurnya, jangan memaksa untuk masuk ke jalur yang diinginkan orang tua. Memaksa membuat potensi dalam diri anak tak berkembang.

Pada saat anak masih bayi, orang tua akan selalu member dorongan dan semangat. Membantu mereka berdiri, berjalan, berlari, dan bersepeda. Pujian selalu dilontarkan saat anak mulai pintar memanggil nama ibu, belajar membaca, dan berhitung. Semakin anak bertambah besar, pujian, dorongan, dan semangat yang diberikan akan tergantikan dengan marah. Si anak yang sebelumnya anak pintar nan cerdas, berubah menjadi anak nakal nan bodoh. Semuanya berawal dari kesalah kecil yang terlalu dibesarkan hingga kebablasana dalam memarahi. Akhirnya si anak akan mencari tempat dimana mereka lebih diharga, lebih diakui, dan lebih nyaman meskipun kadang tempat yang kurang baik.

No comments: