Sunday 19 March 2017

Belajar dari Kesalahan Ultraman



Seorang motivator pernah berpesan "untuk menjadi seorang yang sukses maka jangan takut untuk salah, habiskanlah jatah gagalmu maka kesuksesan di depan matamu". Salah adalah hal yang selalu dilakukan oleh makhluk hidup baik ia hewan yang tergolong cerdas sampai spesies terpintar yaitu manusia pasti sering melakukan kesalahan. Siapapun manusianya ia pasti pernah melakukan kesalahan tak terkecuali superhero.



Di jepang tiap minggu seekor monster turun di tengah kota, mengganggu aktivitas keseharian warga hingga melumpuhkan perekonomian. Untuk melindungi kota dari teror monster ini maka dibentuklah kelompok pengamanan kota yang bermarkas di pulau yang tak jauh dari kota. Dibekali dengan teknologi yang mumpuni dan peralatan tempur yang canggi tak menambah eksistensi kelompok ini dalam upaya perlindungan. Namun, siapa sangka salah satu anggota dari kelompok ini adalah ultraman yang mampu mengalahkan monster dengan kekuatan mistisnya dengan mudah. Ultraman hadir sebagai sosok teladan yang berbuat baik tanpa mau diketahui orang lain, semuanya serba tulus tanpa harap pamrih.

Layaknya makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya, ultraman juga bisa melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan oleh superhero ini terbilang cukup sering bahkan sering diulang-ulang. Kekuatan mistis serta kekuatan magis yang dimilikinya tidak berbanding lurus dengan akal pikirannya. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan ultraman yang dapat kita petik hikmahnya ada beberapa yang sempat penulis analisis.

Meremehkan Lawan
Percaya diri adalah hal yang sangat sulit dibangun. Ratusan orang selalu berbondong-bondong ke acara training motivasi hanya untuk menemukan cara meningkatkan percaya dirinya. Namun, percaya diri yang terlalu tinggi hingga meremehkan orang alin adalah hal yang kurang baik ditinjau dari segi agama, kompetisi, bahkan pilkada. Inilah hal yang selalu diulang-ulang ultraman, meremehkan monster yang turun ke Jepang.

Monster yang dikalahkan ultraman minggu lalu akan diganti dengan monster yang lebih kuat. Ultraman selalu saja menganggap dirinya lebih kuat dari sang monster hingga merasa tak perlu menggunakan segenap kekuatannya. Ultraman tetap saja bertarung menggunakan kekuatan level 1 nya hingga dapat dipukul mundur oleh sang monster. Ia tak pernah langsung menggunakan seluruh kekuatannya saat menghadapi sang monster sejak baru bertarung. Akhirnya lampu kuning di dada ultraman menyala pertanda tinggal sedikit stamina yang tersisa. Saat itulah ultraman mengganti kostumnya, menaikkan level kekuatannya hingga mampu menghancurkan tubuh sang monster. Seandainya ultraman langsung mengganti kostumnya dan menaikkan level kekuatannya sejak awal, pasti tak banyak kerusakan kota yang ditimbulkan.

Mengulangi kesalah yang Sama
Kesalahan yang sama yang kita lakukan berulang-ulang adalah pertanda kita tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya. Itulah hal yang selalu dilakukan ultraman. Mengulur-ulur waktu pertarungan dengan sang monster hingga nampak membosankan. Dipukul mundur hingga harus bertekuk lutut bahkan terkapar di atas tanah selalu ia lakukan saat mencoba melindungi penduduk kota. Ultraman tak pernah belajar dari kesalahan minggu sebelumnya saat ia tak langsung menggunakan semua kekuatannya untuk menghancurkan sang monster hingga akhirnya mengulangi kesalahan yang sama di minggu depannya.

Terlalu egois, tak Memperduliakan Orang Lain
Ego merupakan mesuh terberat umat manusia. Ego tak bisa dilawan tapi mampu dijinakkan. Seseorang yang terlalu egois biasanya dalam pergaulan akan dijauhi. Anak kecil yang terlalu egois akan dihindari, dijauhi, bahkan dikucilkan teman sebayanya. Tinggi rendahnya elektabilitas seseorang di mata masyarakat tergantung dari bagaimana ia mampu menjinakkan egonya

Ultraman adalah superhero yang cukup egois. Saat sedang asyik bertarung melawan para monster, ia kerap lupa tengah bertarung di tengah kota hingga bangunan luluh lantah di area pertarungannya. Ultraman terlalu menikmati pertarungannya, tak memperdulikan apakah warga kota tengah dalam bahaya saat melihat ia bertarung. Ia hanya mementingkan egonya, bertarung dengan para monster menampilkan keperkasaaanya dan mengabaikan keselamatan penghuni kota.

Terus melakukan kesalahan yang sama terus-menerus adalah hany kurang bisa diterima karena manusia adalah pembelajar yang paling baik diantara para makhluk. Semoga kesalahan yang dilakukan ultraman yang ditampilkan di TV bisa kita ambil hikmahnya. karena selalin sebagai media hiburan, televisi juga merupakan sarana edukasi masyarakat. Semua tayangan yang dihadirkan di layar kaca memiliki manfaat, Namun, manfaatnya tergantung dari kita sebagai penonton, bisa ambil banyak manfaat dan bisa pula tidak mengambil sedikitpun.


****

No comments: