Tuesday 3 January 2017

Tanjung Bayang, Kaderisasi & Rekreasi


Pantai Tanung Bayang adalah salah satu pantai favorit masyarakat Kota Makassar. Selain memberikan kenyamanan, akses yang cukup dekat dari pusat kota, menjadikan pantai ini menjadi pilihan untuk menghabiskan akhir pekan. Desir angin yang sepoi-sepoi, debur ombak yang memecah, dan halusnya pasir pantai, mampu memberikan suasana yang pas untuk melepas penat setelah beraktivitas selama berhari-hari. Pantai yang mengarah ke barat ini menyuguhkan pemandangan sunset yang indah.


Selain dengan keindahan yang disuguhkan, Pantai Tanjung Bayang sangat ramah terhadap kantong. Untuk menginap atau sekedar beristirahat, Pantai Tanjung Bayang memiliki beberapa penginapan yang bisa disewa dengan harga yang murah. Wisatawan bisa memilih penginapan yang permanen dengan bahan dari tembok atau rumah panggung tradisional yang ada di sepanjang pantai. Luas dari penginapan ini sangat cocok buat keluarga ataupun kelompok yang ingin sekedar bermalam karena memiliki ruang cukup yang luas.

Bagi organisasi yang dalam perjalanannya untuk memberikan manfaat bagi masyarakat ataupun menciptakan kader, Pantai Tanjung Bayang seringkali dijadikan tempat untuk melakukan kaderisasi bagi anggaota baru mereka. Harga masuk serta penginapan yang murah merupakan alasan bagi beberapa organisasi untuk melakukan kaderisasi di tempat ini. Lokasi yang dekat serta mudahnya akses dari pusat kota karena hanya berjarak 4 KM dari Anjungan Pantai Losari mampu meminimalisir biaya tranportasi.

Sudah dua kali saya melakukan kaderisasi di tempat ini. Tahun lalu, saya bersama teman-teman himpunan mahasiswa jurusan melakukan kaderisasi bagi mahasiswa baru di jurusan kami dengan jumlah mahasiswa baru sekitar 60 orang beserta panitia, pengurus, dan senior saya sekitar 50 orang maka kami menyewa penginapan sebanyak 2 rumah. Meskipun penginapannya agak kecil untuk 110 orang sehingga sumpek dan terkesan kotor, tapi kebersamaan serta semangat mampu mengalahkan hal itu.

Hari jumat setelah berakhirnya perkuliahan adalah waktu pemberangkatan kami. kami berangkat dengan menggunakan bus kamu yang kami seharga Rp200.000,00. Selain menggunakan bus, kami juga menyewa 2 mobil angkot atau di Makassar disebut "pete-pete" seharga Rp300.000,00. Sisanya pergi dengna menggunakan kendaraan pribadi. Sebelum matahari terbenam, kami semua sudah sampai di Pantai Tanjung Bayang. Kami langsung sibuk untuk mengadakanpembukaan. Setelah pembukaan, acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi sebanyak dua materi. Pukul 24:00 menjadi pertanda materi telah habis dan peserta yang merupakan mahasiswa baru dipersilahkan untuk tidur.

Keesokan harinya, para mahasiswa baru ini dipersilahkan untuk melakukan senam pagi kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan yel-yel atau koreografi yang telah mereka buat. Setelah memperlihatkan tontonan yang cukup menghibur bagi mereka dan senior-seniornya, mereka dipersilahkan duduk. Satu persatu senior dari masing-masing angkatan naik untuk memperkenalkan diri mereka. Karena pada saat itu saya adalah senior angkatan termuda maka saya naik paling terakhir. Setelah acara perkenalan angkatan selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi ketiga sampai kelima. Materi kelima selesai pukul 24:00 dan peserta dipersilahkan untuk beristirahat.\

Materi kelima bukanlah materi yang terakhir mereka terima. Masih ada materi serta kebiasaan dalam kaderisasi pada umumnya yang belum mereka dapatkan. Setelah mahasiswa baru ini tertidur, kami panitia beserta senior melakukan brieffing untuk menyusun teknis jurit malam. Perdebatan terhadap pembagian pos dalam jurit malam mewarnai brieffing kami. Sebagian senior ingin membagi penjaga pos  berdasarkan angkatan dan sebagian lagi berkeinginan membagi pos secara proporsional. Lima buah pos beserta penjaga pos berdasar angkatan menjadi hasil dari brieffing malam itu.

Pukul 3:00, Mahasiswa baru ini dibangunkan dengan teriakan serta tendangan. Suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi mereka berubah 180 derajat. Tak sempat cuci muka, mereka kemudian diarakn menuju pos dengan jalan kengkreng dan menutup mata mereka dengan slayer berdasarkan kelompok. Setiap pos memiliki tujuan masing-masing yang pada dasarnya merupakan evaluasi dari setiap materi yang telah mereka terima. Akan tetapi idealitas selalu berbeda dengan realitas. Pos yang seharusnya mengevaluasi setiap materi yang mereka terima berubah menjadi tempat balas dendam bagi senior. Perploncoan, tempelengan, maupun tendangan mewarnai tiap pos. Sangat miris rasanya melihat pola kaderisasi mahasiswa ini. Setelah melewati semua pos, mereka kemudian dikukuhkan di tengah laut dengan mengucapkan sumpah mahasiswa Indonesia.

Pola kaderisasi dengan pos-pos seperti di atas masih mewarnai berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus di Makassar. Masih seringnya terjadi perploncoan serta kekerasan bagi peserta seringkali membuat sebagian mahasiswa berpikir untuk ikut dalam pengkaderan suatu organisasi. Usaha yang dilakukan oleh calon Gubernur DKI Jakar Anies Baswedan ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menghilangkan MOS oleh OSIS dan memberikan Masa Orientasi Siswa kepada guru merupakan usahan untuk menghilangkan perploncoan serta kekerasan fisik dan mental yang seringkali siswa baru alami. Semoga generasi yang tidak di ospek dengan perploncoan ini mampu menghilangkan budaya perploncona di Indonesia karena budaya perpoloncoan merupakan budaya yang merupkan warisan Pemerintah Hindia Belanda yang tidak cocok dengan kondisi Indonesia sekarang.

****

No comments: